Oleh dr Vicka Farah Diba 

Sesungguhnya pernikahan bukanlah sekedar fase kehidupan yg "harus" dilalui oleh seorang anak manusia. 

Pernikahan juga bukan "ajang perlombaan" Apatah lagi suatu lambang pengakuan diri, bahwa kita ini "laku lho", Mertuaku "Presiden lho", Suamiku "Pengusaha lho, Menantuku "Dokter lho" Dimana setelah pernikahan, perlombaan semat label inipuni masih terus berlanjut dengan versi lain, seperti "anakku sudah dua lho", mobilku sudah ganti, rumahku baru, dst. 

Sehingga kemudian bila seorang anak manusia, yang QADA & QADARnya berbeda dari yang tersebut diatas, maka ia lalu akan dipandang sebelah mata, dikasihani, dicurigai dan ditempeli label sebagai "manusia bermasalah" Namun bila suatu saat, anak manusia tersebut sampai pada QADA & QADAR yang "sesuai" dengan pandangan manusia, maka semua manusia akan berkata : AKHIRNYA..... 

Sungguh, bak perilaku masyarakat Jahiliyah yg selalu saja sibuk berlomba lomba dalam semua urusan DUNIA. Telah dinyatakan dalam AlQuran ribuan tahun silam, dalam Surah Al Hadid "Bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak" 

Tak heran bila dinding Facebook di semua belahan dunia, selalu penuh dengan postingan postingan pribadi, mengenai hal hal yang sudah disinggung oleh AlQuran ribuan tahun silam itu. Padahal, sadarkah kamu? 

Apa yg sebenarnya terjadi? Al Quran Surah Alhadid kembali menggambarkannya dengan indah, "Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu" 

"Kesenangan yang menipu" Itulah dunia. Sehingga tak heran, bila baru setahun menikah dan baru dikaruniai seorang anak, mulai muncullah kenyataan hidup yang sesungguhnya. Pose foto menggelayut mesra, rayuan kata indah merayu, mendadak lenyap seketika. Diganti dengan kemelut masalah kehidupan rumah tangga yang terus menerus menyesakkan dada. Dan hidup di duniapun bak hidup dalam neraka. 

Padahal sesungguhnya pernikahan dalam Islam sendiri, bukanlah suatu hal yang "biasa", bukan sekedar suatu fase kehidupan ataupun sebuah "prestige" Al-Quran mengungkapkan pernikahan ini dengan tiga sebutan. Pernikahan adalah ayat (tanda kekuasaan Allah) sekaligus uqdah (simpul ikatan) dan juga mitsaqun ghalizh (janji yang berat) 

Kata mitsaqun ghaliz ini sendiri di dalam Al-Quran disebutkan hanya tiga kali ; Pertama, untuk akad pernikahan (An-Nisa : 21) Kedua, perjanjian antara para nabi dengan Tuhan mereka, untuk menyampaikan (QS Al-Ahzâb : 7) Ketiga, janji Bani Israil terhadap Allah Swt. untuk mengemban risalah tauhid di atas dunia. Namun mereka kemudian tidak menepati janji, sehingga mendapatkan laknat dari Allah Swt. 

Pernyataan bahwa akad nikah adalah mitsaqun ghalizh, tentunya mengisyaratkan bahwa hubungan pernikahan antara suami isteri merupakan hubungan yang berkonsekuensi besar seperti konsekuensi janji para nabi dan bani Israel di atas. Siapa saja yang menepati janji itu, maka dia tergolong orang yang jujur dan benar serta berada dalam jalan yang lurus. Sedangkan siapa yang tidak menepatinya, dalam arti tidak menjalan hak dan kewajiban yang merupakan kosekuensi dari akad tersebut, maka ia pantas mendapatkan laknat Allah Swt. "Mitsaqun ghalizh" (janji yang berat) Begitulah deskripsi Allah Swt sendiri mengenai suatu pernikahan Jika kita sudah menyadari benar konsekuensi tersebut, Apatah lagi perlunya berlomba lomba mengenai waktu dan cara pernikahan? 

Tentunya kita akan lebih menyibukkam diri dalam hal mempersiapkan mental, agama, rencana hidup masa depan, persiapan mendidik keturunan sholeh, serta esensi esensi pokok lainnya Agar hakikat pernikahan sebagai suatu jalan ibadah tersebut dapat tercapai sempurna. 

Memiliki status menikah bukan berarti kita sudah menyematkan label "hidup normal" di dada, memiliki banyak anak bukan berarti trofi "kesempurnaan hidup" sudah didapat Semuanya adalah bagian dari cobaan hidup yang akan dipertanggung jawabkan d akhirat nanti. 

Dan bagi yang belum menikah?? Percayalah, Allah menciptakan semua mahluk secara berpasang-pasangan (QS Ar Rum : 21) Allah tidak akan pernah meninggalkan hambaNya yg setia dalam kebajikan. Sehingga Semua akan indah pada waktunya. Karena Tuhan Maha Pencipta rencana yang terhebat. Wallahualam bishawab -VickaFarahDiba-